Things that makes you happy


Things that makes you happy

Awal kuliah dulu, aku pernah berbincang dengan seorang teman. Kami tidak terlalu dekat. Meski begitu, obrolanyang aku pikir merupakan obrolan pertama kami一, masih membekas di ingatan. Ia mengawali obrolan dengan bercerita mengenai hobinya bermain action figure. Usai bercerita, ia melempar tanya mengenai hobi apa yang ku punya.

Sejenak pertanyaan itu membuatku berpikir.

Hobi? Sepertinya aku tidak memiliki aktivitas yang selalu aku lakukan dan senangi. Setidaknya saat itu. Dulu, aku hanya berpikir untuk menghabiskan waktu berkuliah saja. Seperti, sering mengunjungi perpustakaan kampus. Mengerjakan tugas sesegera mungkin. Pergi ke perpus kota atau kedai kopi untuk mencatat dan mengingat kembali materi kuliah minggu lalu, dan sebagainya.

Setelah dijalani, ternyata kuliah begitu membosankan. Aku merasa sia-sia telah menghabiskan banyak waktu kosong untuk sekadar kuliah. Datar sekali hidupku saat itu jika diingat. Beberapa waktu setelah obrolan dengan temanku itu, aku jadi berpikir ulang mengenai hidupku ke depan.

Dimulai dari belajar memotret dengan kamera analog. Aku membawa kamera analog Bapak yang lama tersimpan di lemari. Awalnya, aku tidak tahu apakah kamera itu masih berfungsi dengan baik atau tidak. Bersyukur ada seorang teman yang mau memberi roll film secara cuma-cuma. Setelah roll habis, aku langsung mencari tempat cuci film. 

Meski hasilnya kurang memuaskan, aku menemukan sensasi setelah beberapa kali mencobanya lagi. Sensasi itu muncul saat melihat hasil foto-foto yang terasa begitu mengejutkan. Senang!

Aku juga mulai membaca buku kembali. Kala itu dengan mencoba beragam buku dengan nama penulis baru. Baru di sini yang karyanya belum pernah kubaca sebelumnya. Periode pertamaku punya buku bacaan, memang kurang beragam. Untuk memantik minat baca kembali, aku mulai mencicipi karya seperti Eka Kurniawan, Haruki Murakami, Geogre Orwell, dan beberapa lainnya. Semua tidak lepas dari novel. 

Meski terasa berat dan butuh waktu lama menyelesaikan, aku menemukan dunia baru di sana. Bahkan, merasakan jatuh cinta pada karakter yang hanya ada di dunia imajiner. Aneh. Tapi, terasa menyenangkan.

Dari sini, rasanya aku perlu berterima kasih pada temanku itu. Tanpa obrolan saat itu, mungkin aku terlambat ingat bahwa di dunia yang serba membosankan ini, memiliki hobi (yang tentu kita senangi, meski terlihat sepele sekali pun) adalah bentuk pengingat kalau kita manusia.

Comments

Popular posts from this blog

Social Media