Happy Old Year


Kepopuleran hidup minimalis ala Marie Kondo melatarbelakangi cerita dalam film ini. Hidup minimalis. Membuang barang-barang yang sudah tidak menghadirkan perasaan apapun ketika dipegang. Sayangnya, film ini menghadirkan perasaan yang rumit, dan sulit dijelaskan. Membuang barang menjadi pekerjaan yang tak mudah dibayangkan sebelumnya.

Jean, — tokoh utama dalam film, harus melewati emosi batin yang membuat penonton turut merasakan. Merelakan tentu bukan hal yang mudah, bukan? Jean ingin mengubah keadaan rumahnya yang sesak, dan berantakan agar terlihat lebih luas, dan tertata. Semata-mata agar ia bisa membuat ruang kerja minimalis di rumahnya.

Dibantu adiknya, Jay, Jane mulai membereskan barang-barang dengan memasukkannya dalam kantong plastik besar. Awalnya hanya sedikit barang yang dipilah. Hingga kemudian, Jane sadar bahwa hatinya menolak melepaskan. Barang-barang yang sudah diambil pengepul, diambilnya kembali. Ia tidak ingin membuangnya begitu saja, setidaknya ia ingin mengembalikan barang-barang yang bukan miliknya.


Keputusan ini akhirnya mempertemukan Jane dengan mantan kekasihnya, Aim. Awalnya hanya ingin mengembalikan barang-barang milik Aim, berubah menjadi sebuah perjalanan panjang atas tanda tanya di masa lalu. Jane yang pergi, dan Aim yang tak bisa melupakan. Jane yang kembali, dan Aim yang masih berusaha melupakan.

Lagi-lagi, Aim mengajarkan kepada kita bahwa merelakan bukan pekerjaan yang mudah.

Di sisi lain, konflik lain mulai berdatangan. Ide untuk membersihkan rumah dengan membuang barang, ternyata mendapat penolakan dari ibunya, terutama terhadap piano peninggalan ayah mereka. Jane menganggap piano itu sudah tidak ada yang memainkan, namun ibunya tetap bersikeras menolak dibuang.




Berulang kali Jane memberi pengertian pada ibunya, namun percuma, ibunya tetap percaya suatu saat nanti piano itu akan dimainkan kembali oleh pemiliknya. Ibunya masih berharap, ayah mereka kembali pulang. Sedangkan, Jane tidak ingin terus-menerus melihat ibunya dirundung kesedihan, walaupun sebenarnya ia juga sulit membuangnya.

Suatu hari, saat ibunya pergi, Jane memberi piano itu kepada seorang kolektor barang antik. Ketika ibunya pulang, ia terkejut melihat piano tidak berada di tempatnya. Ia mengetuk pintu kamar Jane yang terkunci dengan suara lantang menanyakan di mana piano itu. Semakin lama teriakan itu berubah menjadi air mata.

Happy Old Year menawarkan kehampaan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Ia serupa memori usang yang siap menarikmu kembali, dalam-dalam. Percayalah, setelah menonton ini kamu akan lebih memaknai sesuatu dengan lebih berharga.



Comments

Popular posts from this blog

sudah lama

Social Media