Krsan
*Tulisan ini merupakan terbitan lama.
Hari ini saya menemui dosen pembimbing akademik. Pukul 10.00,
teman-teman saya ramai-ramai mengisi kartu rencana studi (krs) semester depan,
yang kemudian disahkan pembimbing akademik yang sama. Sedang saya sendiri masih
di rumah. Berusaha meminta bantuan teman untuk nitip krs. Ternyata tidak bisa. Harus
menunjukkan slip pembayaran, sedang slipnya ada di saya.
Hari semakin siang. Saya membuat keputusan mendadak. Pukul
12.30, saya berangkat ke Yogya tanpa pamit ke Ibu. Berusaha mengejar waktu
untuk bisa krsan hari ini. Padahal waktu untuk krsan masih tersisa seminggu
lagi. Saya mengemas barang seperlunya, mengisi bensin, lalu berangkat melalui
Jalan Deandles agar bisa mengejar waktu. Jalan Deandles yang sepi membuat saya
bisa berkendara kencang 100km/jam.
Di tengah perjalanan ada kecelakaan. Persis terjadi di depan
mata saya. Mobil yang tiba-tiba melaju pelan, dan pengendara motor yang kaget membuatnya
menabrak mobil tersebut. Pengendara motor jatuh, seketika langsung
berdiri menuntun motor ke pinggir jalan. Saya melaju pelan, memastikan
pengendara motor baik-baik saja. Lalu melanjutkan perjalanan kembali, mengejar
waktu.
Di perjalanan saya berdoa agar hari ini dilancarkan, dan
krsan dapat selesai. Di samping itu saya juga mengingat kembali nama admin
jurusan yang saya tanyai ke seorang teman sebelum berangkat. Beliau oleh
mahasiswanya akrab disapa dengan Mbak. Saya mengingat-ingat agar nanti ketika
bertemu tidak salah memanggil.
Pukul 14.30, saya sampai kampus. Saya langsung mencari
wastafel dekat toilet untuk membersihkan muka dan merapikan rambut. Lalu antri
di subbag akademik untuk mengambil kertas krs. Lima belas menit saya habiskan
untuk antri, lima menit setelahnya saya habiskan untuk mengisi krs.
Setelah saya merasa krs sudah terisi semua, saya langsung
menuju ruang jurusan, menemui dosen pembimbing akademik. Saya pernah bercerita
mengenai beliau saat pertama kali bertemu. Yang kemudian saya tahu beliau memang
orang yang asik. Saya membuka pintu ruang jurusan dengan perlahan, memastikan
pintunya tidak terkunci. Di dalam ada beberapa dosen sibuk dengan urusannya
masing-masing. Suasana hening sekali. Saya melihat sekeliling, dan tidak
menemukan dosen pembimbing akademik saya.
“Permisi Bu, Pak ini ada nggak, ya?” tanya saya ke admin
jurusan yang kemudian saya sadar, saya salah memanggil. Usaha mengingat dengan
panggilan Mbak tadi terasa sia-sia.
“Tadi sih ada, tapi sekarang nggak tahu. Udah janjian belum?”
“Janjiannya seharusnya tadi jam sepuluh, cuma saya telat,
Bu.”
“Oh, coba dihubungi dulu.”
“Oh, ya sudah kalau gitu, Bu. Permisi.”
Saya menutup pintu dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara
yang keluar sedikit pun. Ruang jurusan yang hening, dan seakan mencekam membuat
saya sedikit tegang. Padahal saya sudah beberapa kali masuk, dan berada di sana
lama untuk mengerjakan ujian susulan. Situasi saat saya mengerjakan ujian
terasa cair sekali. Saat itu saya baru benar-benar merasa menemukan keluarga
baru. Sepertinya saya perlu memberi usul agar dibuat panggung musik di dalam
ruang jurusan agar terasa lebih asoy.
Saya duduk di kursi depan ruang jurusan prodi lain. Mencari nomor
ponsel dosen pembimbing akademik di grup kelas. Saat sedang sibuk mencari, tak
lama saya melihat dosen pembimbing akademik berjalan ke arah ruang jurusan. Saya
langsung berdiri, menghampiri beliau.
“Halo, permisi, Pak,” kemudian beliau mengulurkan tangan,
kami bersalaman. “Mau krsan, Pak,” kata saya sambil memberi kertas krs.
“Siap!” jawab beliau dengan suara lantang disertai senyum
khasnya.
Saya yang tadi merasa tegang, menjadi sedikit lebih baik.
Beliau ini memang terkenal memiliki hubungan interpersonal yang baik. Dan saya
setuju itu. Kemudian kami berjalan memasuki ruang jurusan. Saya kembali tegang.
“Ini jumlahnya berapa, Mas?” tanya beliau sambil menunjukkan
kolom yang terdapat di kertas krs.
“Ah, iya, ternyata jumlah sks belum terisi,” batin saya. “Sudah,
Pak,” kemudian krs saya ditandatangani.
“Ini krsnya dikumpulkan di sini, Pak?” tanya saya setelah
melihat beberapa kertas krs milik teman saya ada di meja beliau.
“Oh, enggak. Ini yang belum pada diambil.”
Saya mengangguk. “Berarti ini kertas krsnya dikumpulkan di
subbag akademik, Pak?” tanya saya sambil memperlihatkan tulisan di kertas krs
yang tertulis ‘untuk subbag’.
“Iya,”
“Oh, ya sudah kalau gitu, terima kasih, Pak. Permisi,” kata
saya sambil menyalami.
Semester kemarin sepertinya saya merasa kertas krs
dikumpulkan ke admin jurusan. “Ah, mungkin ini aturan baru,” batin saya. Saya kembali
ke subbag akademik. Mengantri lagi.
“Pak, mau mengumpulkan krs,” kata saya.
“Jurusan apa, Mas?”
“Ilmu Komunikasi, Pak.”
“Kalau komunikasi ke admin jurusannya, Mas.”
“Admin jurusan?”
“Iya, tahu kan, Mas, admin jurusannya siapa?”
“Tahu, Pak. Berarti ini ke admin jurusan, Pak?” tanya saya
memastikan lagi.
“Iya, di sini cuma untuk prodi Geografi.”
“Oh, ya, kalau gitu makasih, Pak.”
Saya menghela napas. Mencoba berpikir positif. “Nggak
mungkin saya dikerjai pak pembimbing akademik,” batin saya masih berusaha
berpikir positif. Saya kemudian balik lagi ke ruang jurusan. Membuka pintu,
menemui mbak admin jurusan, dan memberi kertas krs. “Semoga mbak admin jurusan
berpikir saya tadi keluar untuk melengkapi isian krs saya, bukan karena salah
tempat pengumpulan.”
Tepat pukul 15.00, saya selesai krsan. Alhamdulillah, doa
saya terkabul. Krsan sudah selesai hari ini. Saya lalu bingung hendak melakukan
apa lagi selama di Yogya.
“Ah, ya, saya ingat, saya kangen pecel lele.”
mantab gan blognya
ReplyDelete